Sampah luar angkasa: Langit kita tercekik; kita tidak bisa melihatnya

KREDIT GAMBAR:
Gambar kredit
iStock

Sampah luar angkasa: Langit kita tercekik; kita tidak bisa melihatnya

Sampah luar angkasa: Langit kita tercekik; kita tidak bisa melihatnya

Teks subjudul
Kecuali ada sesuatu yang dilakukan untuk membersihkan sampah antariksa, eksplorasi ruang angkasa mungkin dalam bahaya.
    • Penulis:
    • nama penulis
      Pandangan ke Depan Quantumrun
    • 9 Maret, 2022

    Ringkasan wawasan

    Sampah luar angkasa, yang terdiri dari satelit yang sudah tidak berfungsi, puing-puing roket, dan bahkan barang-barang yang digunakan oleh astronot, mengacaukan orbit bumi rendah (LEO). Dengan setidaknya 26,000 keping seukuran bola softball dan jutaan lainnya berukuran lebih kecil, puing-puing ini menimbulkan ancaman serius bagi pesawat ruang angkasa dan satelit. Badan-badan dan perusahaan antariksa internasional mengambil tindakan, mencari solusi seperti jaring, tombak, dan magnet untuk mengurangi masalah yang semakin meningkat ini.

    Konteks sampah luar angkasa

    Menurut laporan NASA, setidaknya ada 26,000 keping sampah luar angkasa yang mengorbit Bumi seukuran bola softball, 500,000 keping seukuran kelereng, dan lebih dari 100 juta keping sampah seukuran sebutir garam. Awan sampah antariksa yang mengorbit ini, terdiri dari satelit-satelit tua, satelit-satelit yang sudah tidak berfungsi, booster, dan puing-puing dari ledakan roket, menimbulkan bahaya serius bagi pesawat ruang angkasa. Potongan yang lebih besar dapat menghancurkan satelit, sedangkan potongan yang lebih kecil dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan dan membahayakan nyawa astronot.

    Puing-puing tersebut terkonsentrasi di orbit bumi rendah (LEO), 1,200 mil di atas permukaan bumi. Meskipun beberapa sampah antariksa akhirnya masuk kembali ke atmosfer bumi dan terbakar, prosesnya bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan ruang angkasa terus dipenuhi lebih banyak puing. Tabrakan antar sampah luar angkasa dapat menciptakan lebih banyak fragmen sehingga meningkatkan risiko dampak lebih lanjut. Fenomena ini, yang dikenal sebagai "sindrom Kessler", dapat membuat LEO begitu padat sehingga peluncuran satelit dan pesawat ruang angkasa dengan aman menjadi tidak mungkin dilakukan.

    Upaya untuk mengurangi sampah antariksa sedang dilakukan, dengan NASA mengeluarkan pedoman pada tahun 1990an dan perusahaan-perusahaan dirgantara berupaya membuat pesawat ruang angkasa yang lebih kecil untuk meminimalkan sampah. Perusahaan seperti SpaceX berencana meluncurkan satelit ke orbit yang lebih rendah agar membusuk lebih cepat, sementara perusahaan lain sedang mengembangkan solusi inovatif untuk menangkap puing-puing orbit. Langkah-langkah ini penting untuk menjaga aksesibilitas dan keamanan ruang untuk eksplorasi dan kegiatan komersial di masa depan.

    Dampak yang mengganggu

    Badan antariksa internasional secara aktif berupaya mengurangi sampah antariksa, menyadari potensinya mengganggu eksplorasi ruang angkasa dan aktivitas komersial. Pedoman NASA untuk mengurangi sampah luar angkasa telah menjadi preseden, dan perusahaan-perusahaan dirgantara kini berfokus pada pembuatan pesawat ruang angkasa yang lebih kecil yang akan menghasilkan lebih sedikit sampah. Kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan swasta mendorong inovasi di bidang ini.

    Rencana SpaceX untuk meluncurkan satelit ke orbit yang lebih rendah, sehingga satelit tersebut dapat membusuk lebih cepat, adalah salah satu contoh bagaimana perusahaan mengatasi masalah ini. Organisasi lain sedang menjajaki solusi menarik, seperti jaring, tombak, dan magnet, untuk menjerat puing-puing orbital. Para peneliti di Universitas Tohoku di Jepang bahkan merancang metode menggunakan pancaran partikel untuk memperlambat puing-puing sehingga menyebabkannya turun dan terbakar di atmosfer bumi.

    Tantangan sampah luar angkasa bukan hanya masalah teknis; ini adalah seruan untuk kerja sama global dan pengelolaan ruang angkasa yang bertanggung jawab. Solusi yang dikembangkan bukan hanya sekedar pembersihan; hal-hal tersebut mewakili perubahan dalam pendekatan kita terhadap eksplorasi ruang angkasa, yang menekankan keberlanjutan dan kolaborasi. Dampak disruptif dari sampah antariksa merupakan katalis bagi inovasi, mendorong pengembangan teknologi baru dan standar internasional untuk memastikan keberlanjutan penggunaan ruang angkasa yang aman.

    Implikasi dari sampah luar angkasa

    Implikasi yang lebih luas dari sampah luar angkasa dapat mencakup:

    • Peluang bagi perusahaan antariksa yang ada dan yang akan datang untuk menyediakan layanan mitigasi dan pemindahan puing untuk klien pemerintah dan sektor swasta.
    • Insentif bagi negara-negara penjelajah luar angkasa untuk berkolaborasi dalam standar dan inisiatif internasional seputar mitigasi dan pembuangan sampah luar angkasa.
    • Meningkatnya fokus pada keberlanjutan dan penggunaan ruang secara bertanggung jawab, yang mengarah pada pengembangan teknologi dan praktik baru.
    • Potensi keterbatasan dalam eksplorasi ruang angkasa dan aktivitas komersial di masa depan jika sampah luar angkasa tidak dikelola secara efektif.
    • Implikasi ekonomi bagi industri yang bergantung pada teknologi satelit, seperti telekomunikasi dan pemantauan cuaca.
    • Meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat terhadap isu-isu terkait ruang angkasa, mendorong pemahaman yang lebih luas tentang pengelolaan ruang angkasa.
    • Potensi tantangan hukum dan peraturan ketika negara dan perusahaan melakukan tanggung jawab bersama terhadap sampah luar angkasa.
    • Perlunya investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan solusi mitigasi sampah luar angkasa yang efektif.

    Pertanyaan untuk dipertimbangkan

    • Apakah manusia memiliki kewajiban etis untuk tidak mencemari ruang?
    • Siapa yang harus bertanggung jawab untuk membuang sampah antariksa: pemerintah atau perusahaan dirgantara?

    Referensi wawasan

    Tautan populer dan institusional berikut dirujuk untuk wawasan ini: