Kolaborasi sains internasional: Ketika studi ilmiah menjadi upaya global

KREDIT GAMBAR:
Gambar kredit
iStock

Kolaborasi sains internasional: Ketika studi ilmiah menjadi upaya global

Kolaborasi sains internasional: Ketika studi ilmiah menjadi upaya global

Teks subjudul
Kemitraan global membuat penemuan biologis lebih cepat dan hemat biaya.
    • Penulis:
    • nama penulis
      Pandangan ke Depan Quantumrun
    • Desember 16, 2022

    Ringkasan wawasan

    Penelitian genetika dan pengembangan obat dapat menjadi proyek yang mahal dan memakan waktu. Namun, seiring dengan tersedianya teknologi kolaborasi baru, lembaga-lembaga ilmiah dari berbagai negara semakin banyak berbagi basis data dan temuan genetik mereka untuk melakukan studi biologi yang lebih komprehensif yang berpotensi menyembuhkan banyak penyakit. Implikasi jangka panjang dari peningkatan kolaborasi sains internasional dapat mencakup pengembangan obat dan vaksin yang lebih cepat serta peningkatan pendanaan untuk penelitian lintas industri.

    Konteks kolaborasi sains internasional

    Seiring kemajuan penelitian ilmiah, negara dan universitas merasa lebih baik mengumpulkan sumber daya mereka untuk penemuan jalur cepat. Contoh profil tinggi dari kolaborasi semacam itu adalah inisiatif penelitian global yang menangani pandemi COVID-19. 

    Maret 2020 sulit bagi banyak orang karena pandemi mulai melanda negara-negara di seluruh dunia. Namun, bagi Nevan Krogan, seorang ahli biologi sistem, ini merupakan peluang unik. Melalui kerja Krogan dengan Quantitative Bioscience Institute (QBI) di University of California San Francisco, dia membangun jaringan kolaborator yang ingin menerapkan keterampilan mereka untuk mengatasi masalah global ini. Segera mereka bergabung dengan banyak orang lainnya saat komunitas ilmiah bergerak untuk mencoba dan memahami serta mengalahkan COVID-19.

    Kolaborasi lintas negara lainnya telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Contohnya adalah pemetaan sel punca darah manusia tahun 2022. Para peneliti dari German University of Tübingen dan Murdoch Children's Research Institute di Australia menggunakan pengurutan RNA sel tunggal mutakhir dan teknologi transkriptomik spasial. Alat-alat ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi jaringan dan fungsi genetik unik dari ribuan sel individu dan mengungkapkan lokasi sel-sel ini dalam embrio. Menurut Dr Hanna Mikkola dari University of California Los Angeles (UCLA), yang memimpin penelitian, penemuan ini dapat membantu mengobati kanker darah seperti leukemia dan kelainan darah yang diturunkan, termasuk penyakit sel sabit.

    Dampak yang mengganggu

    Kolaborasi ilmiah internasional dalam penelitian biologi membuka inovasi dalam teknologi medis. Berbagi database, pengetahuan, dan keahlian dapat menurunkan biaya dan mencegah bias data. Misalnya, sepanjang tahun 2010-an, sebagian besar studi penelitian genetik sering dituduh terpaku pada informasi genetik Eropa alih-alih memasukkan sampel yang lebih beragam.

    Salah satu kolaborasi penelitian ilmiah global paling signifikan diluncurkan pada Mei 2022. Disebut sebagai Atlas Sel Manusia, proyek ini bertujuan untuk memetakan semua 37.2 triliun sel manusia di dalam tubuh untuk pertama kalinya. Tim tersebut terdiri dari 130 insinyur perangkat lunak, matematikawan, ilmuwan komputasi, ahli biologi, dokter, dan fisikawan dari Israel, Swedia, Belanda, Jepang, Inggris, dan AS. Para ilmuwan percaya bahwa dengan memetakan tubuh manusia pada tingkat detail yang belum pernah ada sebelumnya, mereka akan lebih memahami cara kerja tubuh manusia. Pengetahuan ini dapat membantu dalam mendiagnosis, memantau, dan mengobati penyakit.

    Tim tersebut menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk menghubungkan sel dengan 6,000 gen tunggal dan 2,000 penyakit genetik kompleks. Alat AI juga menemukan jenis sel dan program gen yang terlibat dalam penyakit, yang menjadi batu loncatan untuk penelitian selanjutnya. Selain menangkap gambar histologis jaringan, para peneliti juga mengumpulkan informasi tentang komunitas mikroba yang hidup di berbagai bagian usus manusia. Atlas Sel Manusia berencana untuk menyiapkan draf pertama pada tahun 2024 dan mengharapkan atlas lengkap siap pada tahun 2030.

    Implikasi kerjasama ilmiah internasional

    Implikasi yang lebih luas dari kolaborasi ilmiah internasional dapat mencakup: 

    • Studi jangka panjang dan mendalam tentang susunan biologis dan genetik manusia, yang dapat mengarah pada diagnosis pencegahan dan pengobatan yang dipersonalisasi.
    • Sistem biologi sintetik yang lebih canggih yang dapat meniru biologi kehidupan nyata, termasuk robot hidup dan body-on-a-chip.
    • Pengembangan obat dan vaksin yang lebih cepat karena negara-negara berbagi teknologi dan eksperimen.
    • Penelitian medis yang lebih beragam yang mencakup semua profil etnis dan ras, tren ini dapat mengarah pada perawatan kesehatan yang lebih merata.
    • Peningkatan pendanaan dan kemitraan antara departemen kesehatan nasional, organisasi penelitian publik, dan universitas.
    • Kolaborasi serupa diterapkan pada disiplin ilmu fundamental yang lebih beragam.
    • Kolaborasi yang mengundang peneliti dari negara kurang berkembang dalam upaya berbagi informasi dan praktik terbaik dengan komunitas ilmiah terpencil atau kurang dana.

    Pertanyaan untuk dipertimbangkan

    • Apa manfaat potensial lain dari kolaborasi internal dalam penelitian ilmiah?
    • Bagaimana pemerintah dapat mendukung penelitian semacam ini dengan lebih baik?