Bagaimana otak seorang SuperAger tetap tajam?

Bagaimana otak seorang SuperAger tetap tajam?
KREDIT GAMBAR:  

Bagaimana otak seorang SuperAger tetap tajam?

    • penulis Nama
      Pembuat Masha Rade
    • Penulis Twitter Menangani
      @MashaRademakers

    Cerita lengkap (HANYA gunakan tombol 'Tempel Dari Word' untuk menyalin dan menempelkan teks dengan aman dari dokumen Word)

    Patologi Alzheimer yang parah di otak tidak selalu menyebabkan penyakit Alzheimer, demikian kesimpulan para ilmuwan di Northwestern’s Cognitive Neurology and Alzheimer’s Disease Center (CNADC). 

     

    Para ilmuwan mengamati otak delapan orang ‘SuperAgers’ yang berusia lebih dari sembilan puluh tahun, yang masih memiliki kinerja otak yang unggul, dan menemukan bahwa sebagian besar dari mereka mengidap penyakit Alzheimer. Hal ini sebagian besar mengakibatkan kematian neuron, namun tampaknya tidak membahayakan sel-sel otak para SuperAger ini, yang masih memiliki hasil tes memori yang unggul.

     

    Changiz Geula, profesor Neurologi Kognitif di pusat neurologi, mempresentasikan hasil terobosan ini di Konferensi Tahunan Society for Neuroscience 2016. Timnya menemukan bahwa sel-sel beberapa lansia kebal terhadap plak dan kusut beracun, yang biasanya menyebabkan kematian sel di hipokampus dan area lain di otak yang mengontrol fungsi kognitif.  

      

    “Kami secara aktif menyelidiki faktor psikososial, biologis, dan genetik yang terkait dengan SuperAging. Sejauh ini, kami telah mengidentifikasi bahwa SuperAger memiliki korteks yang lebih tebal dan lebih banyak neuron Von Economo,” kata Emily Rogalski, Direktur Neuroimaging di CNADC.  

     

    Neuron Von Economo atau 'Neuron spindel' adalah kelas neuron tertentu yang lebih besar dari sel biasa dan memungkinkan komunikasi cepat antar otak. Neuron khusus ini juga terdapat pada otak spesies hewan yang lebih besar seperti gajah, paus, dan beberapa jenis monyet, serta terkait dengan kecerdasan sosial.  

     

    “SuperAgers memiliki tingkat atrofi yang lebih lambat dari waktu ke waktu, lebih sedikit penyakit Alzheimer, dan lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki faktor risiko gen APOE E4. APOE E4 adalah gen yang diidentifikasi sebagai gen yang memiliki dampak terbesar terhadap perkembangan Alzheimer,” jelas Rogalski. “Kami berharap segera mendapatkan hasil baru mengenai potensi faktor psikologis dan genetik.”