Transportasi multimoda: Masa depan transportasi sebagai layanan yang lebih murah dan lebih hijau

KREDIT GAMBAR:
Gambar kredit
iStock

Transportasi multimoda: Masa depan transportasi sebagai layanan yang lebih murah dan lebih hijau

Transportasi multimoda: Masa depan transportasi sebagai layanan yang lebih murah dan lebih hijau

Teks subjudul
Pejalan kaki kini beralih ke kombinasi transportasi bermotor dan tidak bermotor untuk mengurangi jejak karbon.
    • Penulis:
    • nama penulis
      Pandangan ke Depan Quantumrun
    • November 18, 2021

    Transportasi multimoda, perpaduan berbagai metode untuk memindahkan orang dan barang, mengubah lanskap perjalanan sehari-hari dan perkotaan. Pergeseran ini, yang dipicu oleh sikap masyarakat terhadap kesehatan dan pengelolaan lingkungan hidup, mendorong kota-kota untuk menyesuaikan infrastruktur dan strategi mereka. Seiring dengan meningkatnya layanan mobilitas bersama, industri otomotif beralih dari kepemilikan mobil ke penyediaan layanan, sehingga berdampak lebih luas pada perencanaan kota, pasar tenaga kerja, dan kelestarian lingkungan.

    Konteks transportasi multimoda

    Transportasi multimoda, yang menggabungkan setidaknya dua metode atau layanan untuk memindahkan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain, kini menjadi lebih umum. Banyak pekerja kini memasukkan bersepeda ke dalam perjalanan mereka, naik ke stasiun bus atau kereta terdekat, atau berkendara ke tempat parkir terdekat dan kemudian bersepeda “jarak terakhir” ke kantor mereka. Pada tahun 2020, penjualan mobil global turun 22 persen, dan pemanfaatan sepeda meningkat karena masyarakat menghindari bus dan kereta bawah tanah yang sempit. Pergeseran kebiasaan bepergian ini merupakan cerminan dari perubahan sikap masyarakat terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan pengelolaan lingkungan.

    Skuter elektronik juga menjadi bentuk alternatif transportasi “last mile”. Sebuah studi tahun 2023 yang diterbitkan di Jurnal Data Besar menyoroti potensi layanan mobilitas bersama seperti e-skuter untuk mengurangi penggunaan mobil dan meningkatkan efisiensi transportasi perkotaan. Studi ini menggarisbawahi potensi pendekatan berbasis data untuk mengoptimalkan layanan mobilitas bersama dan menjadikannya lebih terintegrasi dan efisien.

    Bahkan sebelum pandemi COVID-19, jumlah perjalanan dalam layanan mobilitas bersama untuk e-skuter dan e-bike sudah melonjak (lebih dari 84 juta perjalanan pada tahun 2018). Perusahaan sepeda bersama dan skuter elektronik, Lime, telah menjadi yang terdepan dalam gerakan mobilitas bersama, menawarkan layanan di lebih dari 100 kota di seluruh dunia. Misi perusahaan adalah memberikan solusi berkelanjutan terhadap masalah transportasi jarak jauh pertama dan terakhir, dan mereka telah berhasil melakukannya. Pada tahun 2030, pasar skuter elektronik, yang dulu hanya dianggap sebagai tren teknologi, diperkirakan akan berlipat ganda.

    Dampak yang mengganggu

    Kota-kota besar seperti New York, Paris, dan London sudah berinvestasi pada infrastruktur yang mendukung peralihan ini. Khususnya, London, Milan, dan Seattle telah menjadikan jalur sepeda yang dibangun selama pandemi menjadi permanen, untuk mengantisipasi peningkatan penggunaan sepeda. Langkah ini menandakan pendekatan proaktif terhadap perencanaan kota, dimana kota-kota menyesuaikan infrastrukturnya untuk mengakomodasi perubahan kebiasaan transportasi. Hal ini juga menunjukkan masa depan dimana kota-kota menjadi lebih ramah terhadap sepeda, mendorong gaya hidup yang lebih sehat dan mengurangi emisi karbon.

    Munculnya transportasi multimoda juga mempengaruhi bagaimana perencana kota menyusun strategi manajemen lalu lintas. Mereka kini menggunakan simulator kecerdasan buatan (AI) untuk mengalokasikan jalur jalan, mendistribusikan ulang waktu tunggu lampu lalu lintas, dan mengubah rute transportasi non-pejalan kaki. Jika suatu kota mengalami peningkatan penggunaan sepeda, AI dapat menyesuaikan waktu lampu lalu lintas untuk memastikan arus pengendara sepeda lebih lancar. Perkembangan ini dapat menghasilkan jalan yang lebih efisien dan aman bagi semua pengguna, mengurangi kemacetan dan berpotensi menurunkan tingkat kecelakaan.

    Yang terakhir, peralihan ke arah transportasi multimoda dan layanan mobilitas bersama mendorong produsen mobil untuk memikirkan kembali model bisnis mereka. Ketika mobil tidak lagi hanya sekedar produk dan lebih banyak layanan, produsen mungkin perlu mendesain ulang kendaraan mereka agar dapat melayani layanan ride-sharing dengan lebih baik. Tren ini bisa berarti mobil dirancang dengan lebih banyak fitur kenyamanan penumpang, atau kendaraan yang dilengkapi teknologi untuk mendukung aplikasi ride-sharing. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengarah pada transformasi signifikan dalam industri otomotif, dengan fokus pada penyediaan layanan dibandingkan kepemilikan kendaraan.

    Implikasi transportasi multimoda

    Implikasi yang lebih luas dari transportasi multimoda dapat mencakup:

    • Merek mobil premium mengubah merek mereka sendiri sebagai kendaraan layanan mewah untuk membenarkan poin harga yang lebih tinggi.
    • Angkutan barang, seperti truk, dialihkan keluar dari jalan utama untuk memberi ruang bagi lebih banyak jalur sepeda dan trotoar.
    • Penurunan permintaan untuk mobil milik pribadi dan tempat parkir pada umumnya.
    • Peningkatan investasi publik ke dalam infrastruktur angkutan umum yang mendorong peningkatan adopsi publik terhadap transportasi multimoda.
    • Pergeseran ke arah pola hidup dan kerja yang lebih terlokalisasi, mengurangi kebutuhan perjalanan jarak jauh dan berpotensi merevitalisasi perekonomian lokal.
    • Munculnya perdebatan politik dan kebijakan baru seputar perencanaan kota, dengan fokus pada akses yang adil terhadap pilihan transportasi multimoda, mengarah pada kota-kota yang lebih inklusif.
    • Perubahan tren demografi, dimana generasi muda lebih memilih wilayah perkotaan dengan sistem transportasi multimoda yang kuat.
    • Munculnya teknologi baru untuk mengelola dan mengoptimalkan sistem transportasi multimoda, seperti sensor dan visi komputer yang lebih baik.
    • Potensi penurunan permintaan tenaga kerja di sektor manufaktur otomotif tradisional, seiring dengan beralihnya fokus dari kepemilikan mobil ke layanan mobilitas bersama.
    • Pengurangan emisi karbon dan polusi udara perkotaan, karena semakin banyak masyarakat memilih moda transportasi tidak bermotor atau listrik.

    Pertanyaan untuk dipertimbangkan

    • Bagaimana cara menggunakan transportasi multimoda?
    • Apakah menurut Anda lebih menguntungkan dalam jangka panjang untuk berinvestasi dalam infrastruktur transportasi multimoda?

    Referensi wawasan

    Tautan populer dan institusional berikut dirujuk untuk wawasan ini: