Kemacetan berbagi tumpangan: Hasil dari layanan ride-hailing yang fleksibel dan murah

KREDIT GAMBAR:
Gambar kredit
iStock

Kemacetan berbagi tumpangan: Hasil dari layanan ride-hailing yang fleksibel dan murah

Kemacetan berbagi tumpangan: Hasil dari layanan ride-hailing yang fleksibel dan murah

Teks subjudul
Uber dan Lyft mengklaim bahwa berbagi perjalanan adalah masa depan transportasi yang berkelanjutan, tetapi beberapa penelitian menunjukkan perbedaan.
    • Penulis:
    • nama penulis
      Pandangan ke Depan Quantumrun
    • Januari 9, 2022

    Ringkasan wawasan

    Perusahaan ride-sharing menjanjikan alternatif yang nyaman dan berkelanjutan dibandingkan kepemilikan mobil pribadi. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa layanan ini mungkin berkontribusi terhadap peningkatan kemacetan lalu lintas di wilayah perkotaan, sehingga menantang klaim keberlanjutan mereka. Implikasi dari tren ini mencakup waktu perjalanan yang lebih lama, peralihan ke penggunaan transportasi umum, operasional bisnis yang tidak efisien, perencanaan kota yang lebih baik, dan perdebatan politik mengenai peraturan dan permasalahan lingkungan.

    Naik berbagi konteks kemacetan

    Munculnya perusahaan ride-sharing, seperti Uber dan Lyft yang berbasis di AS, menandai perubahan signifikan dalam mobilitas konsumen selama tahun 2010an. Platform ini menawarkan tingkat kenyamanan dan fleksibilitas yang sebelumnya tidak terlihat pada metode transportasi tradisional. Uber mendominasi sektor perusahaan jaringan transportasi (TNC) dengan pangsa pasar sebesar 69 persen, sementara Lyft tertinggal dengan 29 persen. Perusahaan-perusahaan ini telah memposisikan diri mereka sebagai alternatif yang berkelanjutan dibandingkan kepemilikan mobil pribadi, dengan alasan bahwa mereka dapat membantu konsumen mengurangi jejak karbon mereka masing-masing.

    Terlepas dari klaim tersebut, penelitian terbaru menunjukkan bahwa TNC mungkin berkontribusi terhadap peningkatan kemacetan lalu lintas di wilayah perkotaan besar. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Schaller Consulting mengungkapkan bahwa TNC telah menambahkan 50,000 kendaraan tambahan ke jalan-jalan di Kota New York saja. Temuan penelitian ini menantang anggapan bahwa TNC merupakan solusi terhadap permasalahan transportasi perkotaan, namun justru menunjukkan bahwa TNC mungkin merupakan faktor yang berkontribusi terhadap permasalahan tersebut.

    Jika TNC memang berkontribusi terhadap kemacetan lalu lintas, hal ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, mulai dari peningkatan waktu perjalanan hingga tingkat polusi udara yang lebih tinggi. Selain itu, peningkatan lalu lintas dapat membebani infrastruktur yang ada, sehingga menyebabkan kerusakan pada jalan-jalan kota. 

    Dampak yang mengganggu

    Peningkatan durasi lalu lintas dapat menyebabkan waktu perjalanan lebih lama, sehingga mengurangi waktu yang tersedia untuk aktivitas pribadi atau produktif. Selain itu, penurunan penggunaan angkutan umum dapat menyebabkan berkurangnya investasi pada layanan-layanan tersebut, sehingga berpotensi membatasi pilihan bagi mereka yang bergantung pada layanan tersebut. Selain itu, sedikitnya penurunan kepemilikan mobil menunjukkan bahwa TNC mungkin tidak seefektif perkiraan awal dalam mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

    Bagi dunia usaha, khususnya yang berada di wilayah perkotaan, peningkatan kemacetan dapat menyebabkan tertundanya pengiriman barang dan jasa, sehingga berdampak pada efisiensi operasional. Selain itu, perusahaan yang mengandalkan tenaga kerja yang berpindah-pindah mungkin mendapati karyawannya menghabiskan lebih banyak waktu dalam perjalanan dan lebih sedikit waktu untuk pekerjaan produktif. Namun, dunia usaha juga dapat beradaptasi dengan perubahan ini, misalnya dengan menerapkan jam kerja fleksibel untuk menghindari jam sibuk atau mendorong kerja jarak jauh jika memungkinkan.

    Meskipun mengatur layanan-layanan ini mungkin rumit karena kategorisasinya yang unik, hal ini bukan tidak mungkin. Pemerintah dapat mempertimbangkan penerapan kebijakan yang mendorong TNC berkontribusi dalam mengurangi kemacetan, seperti memberikan insentif untuk tumpangan bersama atau beroperasi di wilayah yang tidak terlalu padat. Selain itu, peningkatan polusi dari armada TNC dibandingkan dengan mobil di seluruh negara bagian menyoroti perlunya peraturan lingkungan yang berlaku untuk semua kendaraan, apapun penggunaannya. 

    Implikasi dari kemacetan ride-sharing

    Implikasi yang lebih luas dari kemacetan ride sharing dapat mencakup:

    • Pemerintah daerah membuat peraturan emisi dan operasi baru khusus untuk TNC.
    • Berlanjutnya penurunan jangka pendek dalam permintaan opsi transportasi umum menuju TNC, yang dapat berkontribusi pada peningkatan lalu lintas jalan raya.
    • Peningkatan jangka panjang dalam penggunaan angkutan umum jika kemacetan TNC perkotaan terus memburuk.
    • Pergeseran dalam perencanaan kota, dengan kota-kota yang memprioritaskan infrastruktur ramah pejalan kaki dan transportasi umum dibandingkan desain yang berpusat pada mobil.
    • Perusahaan mengembangkan solusi baru untuk mengelola dan mengurangi kemacetan lalu lintas.
    • Perdebatan politik dan perubahan kebijakan seiring dengan upaya pemerintah untuk mengatur bentuk-bentuk transportasi baru ini secara efektif.
    • Kemajuan dalam sistem manajemen lalu lintas, mengarah pada kota yang lebih cerdas dan efisien.
    • Penurunan pekerjaan pengemudi taksi tradisional namun peningkatan peran gig economy yang fleksibel.
    • Fokus yang lebih besar pada kendaraan listrik dan hibrida dalam armada ini, berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon.

    Pertanyaan untuk dipertimbangkan

    • Apakah Anda lebih suka layanan ride-hailing daripada transportasi umum?
    • Bagaimana menurut Anda industri ride-sharing dapat berkembang di masa depan untuk meminimalkan lalu lintas lebih lanjut?

    Referensi wawasan

    Tautan populer dan institusional berikut dirujuk untuk wawasan ini: